Rabu, 02 Januari 2008

Orang Jaman Dulu Lebih Pintar Dari Orang Jaman Sekarang

Suatu sore saya lagi ngobrol sama Bude saya. Waktu itu saya sedang utak-atik Note book sembari mengerjakan tugas kampus. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Bude saya nyletuk bilang sesuatu yang membuat saya jadi tergelitik. Waktu itu dia bilang bahwa orang jaman dulu lebih pintar dari orang jaman sekarang. Karena merasa tertarik, saya lanjut bertanya alasan dia berkata seperti itu. Akhirnya Bude menjelaskan alasannya mengapa orang jaman dulu lebih pintar dari orang jaman sekarang. Menurut Bude, orang dahulu kalau belajar tidak menggunakan banyak peralatan seperti orang jaman sekarang. Orang dahulu buku saja susah untuk didapatkan, kalau dia mempunyai sabak (semacam alat tulis tapi cuma sekali pakai kaena harus dihapus untuk menulis lagi) saja sudah untung. Jadi orang jaman dahulu kalau belajar ya harus benar-benar memperhatikan. Kalau tidak..... Wah bisa gawat... Dia bakal ketinggalan jauh karena tidak ada catatan. Bude membandingkan dengan orang jaman sekarang yang setiap perkataan dari guru selalu dicatat karena mudahmnya untuk mendapatkan buku untuk mencatat sehingga bisa dibaca lagi di waktu lain, tapi orang dahulu benar-benar harus bekerja keras untuk mengingat dan memahaminya. Bude juga menambahkan kalau sekarang juga lebih enak ada Note Book semua lebih simpel dan mudah mempelajarnya dan tidak perlu susah-susah mengingat pelajaran yang sudah dipelajari. oleh sebab itu Bude menyimpulkan bahwa orang jaman dulu lebih pintar dari orang jaman sekarang.
Heeh..... saya jadi berfikir.... ternyata perkembangan jaman memuat seseorang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat perkembangan ini. Kalau saya juga memiliki pandang sendiri mengenai lebih pintar mana orang jaman dulu dan jaman sekarang, begitu pu juga dengan anda semua.
Menurut anda, lebih pintar mana orang jaman dulu dengan orang jaman sekarang.....???

Jumat, 02 November 2007

Budeku Dengan Kambojanya

Sudah dua bulan ini Bude saya mempunyai kesibukan baru di dalam hidupnya. Sudah dua bulan ini dia rajin mengumpulkan bunga kamboja. Pada awalnya saya heran, dalam hati saya bertanya-tanya mengapa Bude susah-susah mengumpulkan bunga kamboja yang selama ini oleh sebagian banyak orang dianggap bunga yang tidak ada manfaatnya, kecuali bagi orang Bali atau orang yang beragama Hindu karena bunga kamboja digunakan dalam adat mereka. Bahkan Bude juga rela harus setiap hari ke kuburan untuk mencari bunga kamboja yang telah rontok. Akhirnya bertanyalah saya ke Bude untuk menjawab segala rasa penasaran ini. Ternyata saat ini lagi banyak orang yang mengumpulkan bunga kamboja dan dikeringkan kemudian mereka menjualnya ke seseorang dari suatu pabrik dan diolah lagi untuk bahan kosmetik dan macam-macam produk kecantikan.
Tapi kenapa saya tidak tertarik dengan manfaat dari bunga kamboja itu. Tapi saya lebih bisa melihat semangat yang ada di dalam Bude saya yang saat ini sudah berumur sekitar 55 tahun. Sudah setengah tahun ini dia tinggal satu rumah dengan saya di Jogja, sebelumnya dia berasal dari Surabaya. Pada awalnya mungkin dia tidak betah karena tidak ada pekerjaan yang dilakukannya. Tapi saat ini mungkin kesepiannya mulai terusir sejak dia mempunyai kesibukan mengumpulkan bunga kamboja. Setiap hari dia berangkat mencari bunga kamboja yang sudah jatuh. Dalam sehari bude punya jadwal tetap dalam mencari bunga kemboja, pagi hari jam 8 sampai dhuhur dan sore setelah shalat ashar sampai menjelang magrib. Terkadang sungguh kasihan melihat Bude melakukan hal ini karena setiap hari dia harus berjalan kaki mencari rontokan bunga kamboja. Yang paling menyedikan apabila hari itu tidak ada angin karena berarti tidak akan banyak bunga yang rontok, hidup Bude hanya tergantung dari bunga kamboja dan angin. Satu hal yang saya suka dari Bude, disaat dia pulang dengan membawa banyak bunga dia berujar “Alhamdulilah aku diberi rejeki sama Allah”, disaat dia pulang dengan membawa sedikit bunga dia berujar “Alhamdulilah aku diberi cukup sama Allah” dan disaat dia pulang dengan tidak membawa bunga sama sekali dia berujar “Alhamdulilah bungaku disimpankan oleh Allah untuk hari esok”. Ya Tuhaaaaan….. terkadang mataku berkaca-kaca jika melihat sikap Bude. Sungguh sabarnya dia…
Mungkin hasil yang dia peroleh tidaklah banyak, satu kilogram kamboja kering dihargai Rp 16.000,- sedangkan untuk mendapatkan satu kilogram bunga kamboja kering dia memerlukan waktu yang tidak sebentar, apalagi di musim penghujan saat ini. Tapi Bude tidak pernah lepas berdoa, shalat dan berusaha. Terkadang dia juga mendapatkan rejeki yang tidak terduga, terkadang ada orang yang pesan bunga segar buat suatu acara. Terkadang disaat Bude sedang menunggu bunga yang rontok, ada saja orang yang membantu mengumpulkan bunganya.
Dari kehidupan bude sehari-hari saya bisa belajar beberapa hal dalam memaknai hidup ini. Pertama, jangan sia-siakan hidup ini, isilah hidupmu dengan hal-hal yang bermakna, jangan biarkan hidup ini berlalu tanpa kegiatan sama sekali. Kedua, dalam melakukan semua kegiatan, lakukan dengan ikhlas dan senang hati karena dengan ikhlas maka pekerjaan yang membosankanpun akan terasa menyenangkan. Ketiga, selalu bersyukur atas segala pemberian Tuhan, bahkan sedikit apapun pemberian Tuhan, kita WAJIB untuk tetap bersyukur. Keempat, Tuhan itu adil, Tuhan memberikan rejekinya melalui banyak cara bahkan dari hidup Bude saya, Tuhan memberikan rejeki melalui bunga kamboja yang tidak ada artinya tapi buat Bude merupakan suatu rejeki yang sangat berarti. Jadi jangan terlalu khawatir akan rejeki kita karena Tuhan telah memberikan jalan sendiri buat masing-masing kita, yang terpenting selalu berusaha dan berdoa.
Termakasih Bude, secara tidak langsung telah memberikan pelajaran dalam hidup

Rabu, 31 Oktober 2007

Hidup Tidak Sekedar Memilih

Akhir-akhir ini sering sekali saya berfikir..... Kenapa kita sebagai manusia selalu dan selalu meminta yang terhebat dan tersempurna. Sering kali kebanyakan orang bahkan saya sendiri terkadang juga melakukan hal itu. Sebenarnya tidak salah sih perbuatan mereka... Tapi akhir-akhir ini saya jadi berfikir... Kenapa kita tidak menerima saja yang ada dan didapat. Kedengarannya memang seperti pesimis sekali. Tapi tidak bagi orang yang bisa memikir lebih.
Pemikiran ini tiba-tiba terlintas ketika pada suatu saat saya melihat ada seorang teman yang bekerja di suatu perusahaan. Pada saat itu perusahaan tempat dia bekerja mempunyai rencana perusahaan untuk menaikkan omset penjualan pada tahun ini. Akirnya perusahaan tempat teman saya bekerja ini membuat suatu beberapa team work kecil untuk menjalankan rencana perusahaan tersebut. Akhirnya dibentuklah tiga team work dalam perusahaan tersebut. Tidak tau kenapa malam itu teman saya ke rumah saya dan ngomel-ngomel. Dia ternyata dimasukkan satu team dengan orang-orang yang tidak begitu mempunyai potensi (pendapat dia). Dia semalaman ngomel-ngomel terus dengan dalih bahwa team worknya bakal tidak bisa menghasilkan kinerja sebagus team work yang lainnya karena team work ini dinilai dari kinerjanya. Huuuh... bingung juga menghadapi omelan teman tapi saya tidak terlibat dalam masalahnya Hee..Hee..Hee..
Dari kejadian itu saya berfikir, kenapa kita tidak menerima saja keputusan yang ada. Toh sebenarnya team yang kita peroleh itu belum tentu tidak bisa berkinerja dengan baik. Saya jadi teringat masa-masa sekolah SMA dulu. Dikala guru kita menyuruh membuat kelompok, kita selalu memilih teman-teman yang pintar, supaya dalam mengerjakan tugas kelompok kita bisa menjadi yang terbaik. Bahkan ada teman-teman saya yang pintar masih memilih teman yang pintar untuk menjadi kelompoknya. Huuuuh.... lucu juga ingat masa-masa itu.
Sekarang pandangan saa telah berubah tentang hal ini. Bukannya segala yang diberi ke kita ini sudah merupakan yang terbaik buat kita? Tinggal bagaimana kita menjalankan yang terbaik. Kalau kita satu team dengan orang-orang yang memang tidak "meyakinkan" kenapa tidak dibalik saja pemikiran ini, bagaimana kita ini dengan orang-orang yang tidak "meyakinkan" tersebut bisa membuktikan bahwa team ini bisa seperti mereka bahkan lebih baik lagi. Menurut saya lagi, dengan kita sering berkumpul dengan orang-orang baru maka setidaknya kita ini bisa belajar lagi bagaimana kita harus bersikap dan berfikir jika satu team yang tidak kita sukai maka bisa melatih kita untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang berbeda.
Mungkin pemikiran ini sangat sepele, tapi kalau kita terus-terusan pilih-pilih yang terbaik... bagaimana kita bisa belajar? bagaimana kita bisa memetik hikmah yang ada? Karena hidup ini tidak selalu sesuai dengan harapan kita... kadang dibawah dan kadang diatas.... Hidup memang ada kalanya untuk memilih... tapi bukan berarti hidup kita harus selalu "pilih-pilih" terus...
Dimanapun kita berada, dengan siapapun kita bekerja, dan kapanpun waktunya.... menurut saya hanya satu niat yang bisa menjadi penyemangat yaitu "I DO MY BEST...." Untuk masalah hasil... itu tergantung dari usaha kita. Yang terpenting menerima segala sesuatu dengan Iklas, Berfikir Positif dan Lakukan Yang Terbaik karena bersikap iklas dan sabar bukan berarti pesimis dan kalah...
OK... semoga pemikiran ini bisa bermanfaat yaaaa....

~Cahyadhi~